Dzikir merupakan bacaan ibadah tertentu yang dilafadzkan oleh seseorang baik secara lisan disertai hati atau di dalam hati saja. Dzikir secara bahasa diambil dari kata dzakara-yadzkuru-dzikran yang memiliki arti mengingat. Dzikir menurut ajaran Islam adalah mengingat dengan melafadzkan bacaan-bacaan tertentu yang diniati ibadah untuk mengingat Sang Pencipta Alam ini, yaitu Allah Swt.
Aktifitas berdzikir diperintahkan berulang kali dalam Al-Qur’an dan hadits dalam berbagai kondisi. Dalam AlQur’an Allah Swt. menjelaskan bahwa ciri seorang ulul albab adalah orang yang senantiasa berdzikir. Sebagaimana diterangkan dalam ayat berikut :
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.” (QS. Ali Imran: 191)
Dalam ayat lain juga dijelaskan sebagai berikut :
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلاً ، (ألإنسان :٢٥)
“Sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang” (Q.S. Al-Insan, 76:25), atau
قَالَ رَبِّ اجْعَل لِّيَ آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلاَّ تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ إِلاَّ رَمْزاً وَاذْكُر رَّبَّكَ كَثِيراً وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإِبْكَارِ ، (ال عمران :٤١)
Berkata Zakariya: “Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)”. Allah berfirman: “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari”, (Q.S. Ali Imrân, juz 3, halaman:41
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُواْ وَاذْكُرُواْ اللهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلَحُونَ، (الأنفال: ٤٥)
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung, (Q.S. al-Anfâl, 8:45)
Lafadz dzikir sangatlah banyak. Orang yang mau berdzikir dapat menggunakan dengan berbagai lafadz yang ma’tsur dari hadits Nabi Saw. contohnya subhanAllah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, la Ilaha IllAllah, istighfar, shalawat, al-asma al-husna, membaca ayat-ayat suci al-Qur’an, dan lain sebagainya. Semua lafadz-lafadz tersebut adalah utama, memiliki keutamaan dan keistimewan sendiri-sendiri. Hanya saja, diantara yang utama dari sekian lafadz ada yang paling utama dan paling agung untuk diucapkan dan diresapi dalam hati. Lafadz tersebut disebut dengan al-Nafy wa al-itsbat (nafi-isbat), yaitu lafadz Laa ilaaha IllAllah (tidak ada Tuhan selain Allah). Pernyataan tersebut didasarkan pada hadist Nabi Saw. sebagai berikut :
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلهِقَالَ شُعَيْبُ الْأَرْنَؤُوْطِ : إسناده حسن
Hadits Nabi Saw. diatas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. berkata : Dzikr yang paling utama adalah melafadzkan kalimat La Ilaha IllAllah. Kemudian, Nabi Saw. juga mengatakan :
،(قَالَ مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ،( صحيح البخاري
“Allah benar-benar mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan lâ ilâha illAllâh semata-mata mengharap ridha-Nya”, (Shahih al-Bukhari, juz 1, halaman: 59, juz 5, halaman: 2063).
Selain itu, keutamaan melafadzkan La Ilaha IllAllah dengan hati yang tulus dijelaskan juga oleh Nabi Saw. dalam haditsnya sebagai berikut :
(قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ – يَا أَبَا هُرَيْرَةَ – أَنْ لَا تَسْأَلْنِيْ عَنْ هَذَا الْحَدِيْثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيْثِ اَسْعَدَ النَّاسِ بِشَفَاعَتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إله إِلَّا اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ، (صحيح البخاري
“Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku di hari kiamat kelak adalah orang yang berdzikir dengan lâ ilâha illAllâh secara murni dari kalbu atau jiwanya”, (Musnad Ahmad, juz 2, halaman :373, Shahîh al-Bukhari, juz 1, halaman: 49, juz 5, halaman: 2402, al-Sunan al-Kubra, juz 3, halaman: 42)
Penjelasan diatas mengungkapkan betapa pentingnya seorang itu untuk senantiasa berdzikir. Terutama berdzikir melafadzkan kalimat nafi-isbat yaitu La Ilaha illAllah serta kalimat dzikir lainnya baik itu istighfar, shalawat, takbir, tahmid dan lain sebagainya. Dzikir merupakan sebuah kebutuhan bagi kita. Berdizkir adalah bentuk usaha kita untuk membersihkan hati kita dari kotoran-kotoran duniawi yang dapat menjauhkan kita dengan Allah Swt. dengan berdzikir kita bisa kembali pada Dzat Yang Maha Kuasa. Lalu, Bagaimana kita dapat berdzikir dengan baik? Oleh karena itu, dzikir kita harus dilengkapi dan disertai dengan proses belajar bersama guru (mursyid/ahli dzikir) yang memiliki sanad sampai rosulullah Saw.
Jadi, berdzikir itu hukumnya adalah wajib bukanlah sunnah. Pandangan umum selama ini berdzikir itu sunnah. Hal ini akan menjadi konsekuensi jika sunnah orang yang tidak melakukannya tidak apa-apa. Sedangkan wajib memiliki konsekuensi bahwa jika ditinggalkan akan ada sanksi, dosa atau siksa. Padahal Allah Swt. berfirman :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Barangsiapa tidak mau berdzikir kepada-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta, (Q.S. Thaha, 20: 124)
لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَاباً صَعَدا
Barangsiapa berpaling (tidak mau) berdzikir kepada Tuhannya, niscaya Dia memasukkannya ke dalam siksa yang pedih, (Q.S. al-Jinn, 72:17)
Beberapa ayat diatas sudah jelas, bahwa tidak diragukan lagi tentang hukum berdzikir yaitu wajib, bukanlah sunnah. Terutama, melafadzkan kalimat La Ilaha IllAllah dengan hati yang tulus dan ikhlas dalam setiap hembusan nafas kita selama menjalani hidup di dunia ini. Hal tersebut sebagai bentuk ikhtiyar kita dalam menjalankan perintah Allah Swt. supaya selamat dalam hidup baik di dunia dan juga di akhirat.