Pertemuan Perdana: KOPISODA LAMPUNG Gelar Ngaji Kitab Tafsir Kyai Soleh Darat

Dalam upaya memperkuat tradisi intelektual keislaman di kalangan masyarakat, Komunitas Pecinta Kyai Soleh Darat (KOPISODA) Lampung menggelar pertemuan perdana Ngaji Kitab Tafsir yang mengambil rujukan dari karya monumental ulama Nusantara, Kyai Soleh Darat.

Ngaji KOPISODA LAMPUNG diselenggarakan setiap malam Minggu, Legi atau biasa orang Jawa menyebutnya dengan Selapanan.

Kegiatan perdana yang digelar di kediaman  Kyai Muslikhan Desa Bandar Negeri, Kecamatan Labuhan Maringgai. Ngaji perdana ini dihadiri oleh sejumlah ulama, seperti KH. Said Fauzi ( MWC NU Labuhan Maringgai), KH. Dr. Fahimul Fuad, M. Sy (Pengasuk Ponpes BBC), Kyai Musbihin, Syriah Ranting NU Desa Bandar Negeri, Gus Rosyim dan sejumlah masyarakat yang memiliki semangat yang sama dalam menggali khazanah tafsir lokal.

Kitab tafsir Kyai Soleh Darat yang dikenal dengan nama Tafsir Faidh al-Rahman, merupakan karya langka yang ditulis dalam bahasa Jawa pegon. Kitab ini bukan hanya menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tetapi juga membumi dalam konteks kehidupan masyarakat Jawa abad ke-18. Dalam pengantar ngaji, KH. Dr. Fahimul Fuad, M.Sy menyampaikan bahwa salah satu pesan utama KOPISODA adalah mengangkat kembali karya-karya ulama Nusantara yang selama ini terpinggirkan oleh dominasi literatur keislaman lainnya.

Ngaji perdana ini membahas Muqodimah, yang dalam Muqodimahnya dijelaskan bahwa Kyai Soleh Darat dalam proses penulisan kitab tafsirnya ia lakukan dengan sangat hati-hati. Selain itu, ketika hendak disebar luaskan kepada masyarakat luas. Kyai Soleh Darat terlebih dahulu meminta petunjuk oleh Allah SWT agar apa yang ia tulis bisa bermanfaat oleh masyarakat luas. Ujar Kyai Fahim ketika menjelaskan.

Melalui pertemuan ini, KOPISODA LAMPUNG menunjukkan bahwa tradisi lama bisa dihidupkan kembali dengan cara yang segar dan membumi. Kyai Soleh Darat bukan sekadar tokoh sejarah, tetapi pemikir yang gagasannya tetap relevan dalam menjawab tantangan zaman. Maka, dengan semangat “ngaji dan ngopi”, komunitas ini membuka jalan baru dalam literasi Islam yang bersumber dari akar sendiri.