Kontekstualisasi Ajaran Ki.Hajar Dewantara di Era 4.0

Ki Hajar Dewantara, atau lebih dikenal dengan sebutan Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, adalah seorang tokoh pendidikan yang telah memberikan sumbangsih besar dalam mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia. Ajaran-ajaran dan pemikiran Ki Hajar Dewantara terus relevan hingga saat ini, termasuk di era digital dan globalisasi yang sering disebut sebagai Era 4.0. Dalam essay ini, kita akan membahas kontekstualisasi ajaran Ki Hajar Dewantara di Era 4.0 dan relevansinya dalam menghadapi tantangan pendidikan modern.

Salah satu konsep utama dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah “Tut Wuri Handayani”, yang berarti guru menjadi tangan yang membimbing dan mendidik muridnya. Konsep ini menekankan pentingnya peran guru dalam membentuk karakter dan memberikan pengetahuan kepada generasi muda. Di Era 4.0 yang ditandai dengan adanya kemajuan teknologi dan transformasi digital, peran guru tetap menjadi kunci dalam pendidikan. Meskipun ada berbagai platform dan sumber belajar online, tetapi guru tetap memiliki tanggung jawab penting dalam membimbing, memotivasi, dan membantu peserta didik dalam memahami informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan yang berpusat pada anak. Pendidikan yang berpusat pada anak berarti menghargai keunikan dan potensi setiap individu. Di Era 4.0, pendidikan personalisasi menjadi semakin relevan, di mana peserta didik dihargai sebagai individu dengan kebutuhan dan minat yang berbeda-beda. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi beragam kebutuhan dan gaya belajar peserta didik. Dalam konteks ini, ajaran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang berpusat pada anak tetap relevan dan penting untuk menghasilkan generasi yang kreatif, mandiri, dan berdaya saing di Era 4.0.

Selanjutnya, konsep pendidikan holistik juga memiliki relevansi dalam konteks Era 4.0. Ki Hajar Dewantara memahami pentingnya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik secara intelektual, emosional, maupun fisik. Di Era 4.0 yang serba cepat dan berubah-ubah, peserta didik perlu dibekali dengan kemampuan adaptasi, pemecahan masalah, dan keterampilan hidup yang luas. Pendidikan holistik yang memperhatikan aspek kecerdasan, moral, dan kreativitas masih menjadi landasan penting untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan Era 4.0.

Terakhir, dalam menghadapi Era 4.0, penting untuk memperhatikan nilai-nilai karakter yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara mengajarkan pentingnya kepribadian yang baik, seperti kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan dan Kerjasama.

Di era 4.0, di mana teknologi canggih dan konektivitas digital semakin mendominasi, nilai-nilai karakter ini tetap relevan dan dibutuhkan lebih dari sebelumnya.

Dalam konteks Era 4.0, nilai kejujuran menjadi sangat penting dalam menghadapi arus informasi yang begitu melimpah. Peserta didik perlu mampu menyaring dan menganalisis informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Kejujuran dalam mengevaluasi kebenaran informasi akan membantu mereka mengembangkan kritis berpikir dan menghindari penyebaran berita palsu atau hoaks yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Tanggung jawab juga menjadi nilai karakter yang penting dalam Era 4.0. Peserta didik perlu menyadari bahwa penggunaan teknologi dan internet juga memerlukan tanggung jawab dalam menjaga privasi, menghindari penyalahgunaan, serta memanfaatkan teknologi dengan bijak. Tanggung jawab juga terkait dengan lingkungan digital, di mana peserta didik harus memahami etika dalam berinteraksi secara online, menjaga kesopanan, serta menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Kedisiplinan juga menjadi nilai karakter yang tidak boleh dilupakan di Era 4.0. Kemajuan teknologi dan adanya akses tanpa batas ke informasi dapat mengalihkan perhatian peserta didik dari tugas-tugas belajar. Kedisiplinan diperlukan dalam mengatur waktu dan mengelola diri agar tetap fokus dan efektif dalam belajar serta menghadapi tuntutan perkembangan teknologi yang terus berubah.

Selain itu, Era 4.0 juga menuntut kemampuan berkolaborasi dan bekerja sama. Teknologi dan konektivitas digital memungkinkan kolaborasi antarindividu atau kelompok dari berbagai lokasi dan latar belakang. Peserta didik perlu mampu bekerja dalam tim, berbagi pengetahuan, serta menghargai kontribusi dari setiap anggota tim. Kemampuan berkolaborasi ini akan membantu peserta didik menghadapi tantangan kompleks dalam Era 4.0 dan membangun hubungan yang kuat di dunia kerja yang semakin global dan terhubung secara digital.

Dalam konteks Era 4.0, kontekstualisasi ajaran Ki Hajar Dewantara tetap relevan dan memberikan pedoman yang berharga dalam menghadapi tantangan dan peluang pendidikan modern. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang peran guru, pendidikan yang berpusat pada anak, pendidikan holistik, dan nilai-nilai karakter yang kuat tetap menjadi fondasi yang dapat membantu generasi muda mengembangkan diri dan meraih keberhasilan di Era 4.0 yang penuh dengan perubahan dan transformasi.