INILAH NILAI-NILAI AJARAN IMAM SYADZILY DALAM DUNIA THARIQAHNYA

Nama thariqah syadziliyyah dinisbatkan kepada pendiri thariqah atau pembawa ajaran thariqah ini pertama kali, yaitu Imam Syadzili. Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan al-Syadzili ‘Ali bin ‘Abdillah bin ‘Abd al-Jabbar al-Syadzili. Beliau dilahirkan di desa Ghamarah, Maroko, Afrika Utara bagian ujung paling barat pada tahun 593 H/1197 M. Imam Syadzili merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad Saw dari jalur Sayyidina Hasan bin Ali Karramallahu Wajha wa Fatimah al-Zahra binti Nabiyyina Muhammad Saw.

Sejak kecil al-Syadzili dikenal sebagai orang yang memiliki akhlak sangat mulia. Memiliki tutur kata yang fasih, halus, indah, dan santun, serta mengandung makna yang dalam. Imam Syadzili memiliki kegemaran menuntut ilmu. Sejak usia dini, Beliau mendapat pendidikan akhlak serta cabang-cabang ilmu agama secara langsung dari ayah-ibunya. Semenjak kecil pun al-Syadzili sudah menghafal al-Qur’an dan menekuni sunnah-sunnah Nabi Muhammad Saw.

Imam Syadzili dari usia anak-anak sudah terbiasa memakai pakaian yang indah, bersih, dan rapi. Namun, dalam hal makan dan minum Beliau sangat mudah dan sederhana sehingga tidak sampai menyusahkan orang lain, terutama ayah-ibunya. Nilai-nilai keshalehan, ketakwaan, dan kebajikan sebagai seorang calon pemimpin umat, panutan bagi kaum muslimin, dan imam bagi para muttaqin, sudah tergambarkan dari kepribadian dan perilakunya sejak al-Syadzili berusia sangat belia.

Saat usia 6 tahun, al-Syadzili sudah menghafal al-Qur’an serta menekuni sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw. yang kemudian hijrah ke kota Tunis, sekarang menjadi Ibu kota Tunisia, Afrika Utara. Kepindahannya adalah semata untuk mencari ilmu disamping untuk menggapai cita-citanya menjadi orang yang memiliki kedekatan dan derajat mulia disisi Allah Swt. di kota Tunis, al-Syadzili didatangi oleh Nabi Khidhir As. yang membawa kabar bahwa al-Syadzili diangkat menjadi wali agung.

Kabar tersebut, al-Syadzili melaporkannya kepada salah seorang ulama besar Tunis saat itu, yaitu Syaikh Abi Sa’id al-Baji dan setelah itu Beliau tinggal bersama Syaikh Abi Sa’id serta menimpa berbagai macam ilmu agama Islam selama kurang lebih 19 tahun bersama Syaikh Abi Sa’id. Setelah itu, Beliau haji bersama gurunya, dan menjadikan kesempatan tersebut untuk melakukan ekspansi memperluas dan memperdalam ilmunya di Timur Tengah, terutama di Makkah. Al-Syadzili mencari seorang wali Quthub pada zamannya untuk memperdalam dan memperluas ilmu ruhaniyahnya.

Sampai pada akhirnya, al-Syadzili justru menemukan wali Quthub tersebut di tanah kelahirannya sendiri, Maroko. Beliau mendapatkan informasi bahwa wali Quthub tersebut khalwat dalam sebuah gua. al-Syadzili bergegas menuju kesana, namun Sebelum sampai, Beliau menemukan mata air dan mandi dikucuran mata air tersebut dengan niat hanya untuk menghormati dan mengagungkan sang Quthub saat bertemu dengan kondisi yang bersih dan suci.

Wali Quthub pada zamannya tersebut adalah Sayyid Syaikh al-Shalih al-Quthub al-Ghauts al-Syarif Abu Muhammad ‘Abd al-Salam bin Masyisyi al-Hasani. Setelah bertemu, al-Syadzili tinggal cukup lama dengan Syaih Abu Muhammad ‘Abd al-Salam dan belajar berbagai ilmu dan adab serta hakikat keTuhanan. Setelah masa bergurunya usai, Sang guru mengatakan kepada al-Syadzili : “Wahai anakku, setelah usai masa berguru, maka tibalah saatnya kini Engkau untuk beriqâmah (melaksanakan). Sekarang pergilah dari sini, lalu carilah sebuah daerah yang bernama Syâdzilah. Untuk beberapa waktu tinggallah Engkau di sana. Kemudian perlu kau ketahui, disana pula Allâh ‘Azza wa Jallâ akan menganugerahi Engkau dengan sebuah nama yang indah, al-Syâdzili.”

al-Syadzili pun melakukan proses perjalanan hidup yang begitu panjang, dari kota Syadziliyah, Ia pindah ke Tunisia, dari Tunisia, pindah ke Mesir. Perjalanan hidupnya tersebut tak lain tak bukan karena perintah dari Allah Swt., Nabi Muhammad Saw. Dan dari gurunya sendiri yaitu Syaikh Abd. Salam. Dalam perjalanan hidupnya, hal yang terpenting dan paling bersejarah dalam kehidupan al-Syadzili di kemudian hari adalah diterimanya ijazah dan bai’at sebuah thariqah dari al-Syaikh ’Abd. Al-Salam yang rantai silsilah thariqah tersebut sambung-menyambung tiada putus sampai kepada Rosulullah Saw dan berujung kepada Allah Swt.

Ajaran thariqah ini kemudian yang al-Syadzili sebarkan ke berbagai daerah, wilayah, dan negara hingga masyhur dimana-mana. Maka al-Syadzili pun kemudian dianggap sebagai pendiri ajaran thariqah ini yang pada akhirnya menisbatkan nama thariqah ini denga nama besarnya, yaitu ”Thariqah Syadziliyyah”. Sebuah thariqah yang sederhana, tidak terlalu membebani bagi khalifah dan para guru mursyidnya serta para pengamalnya. Hingga pada akhirnya Thariqah ini juga tersebar sampai Indonesia. Dan sekarang sudah banyak sekali pengikut dan pengamal thariqah Syadziliyyah ini. Termasuk juga diantaranya yang menjadi mursyid thariqah syadziliyyah di Indonesia sekarang ini yang masyhur adalah Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya. Jamaah beliau pun mencapai ratusan ribu bahkan bisa sampai jutaan jamaah jika dikumpulkan.

Diantara ajaran-ajaran thariqah syadziliyah adalah sebagai berikut :

Pertama, Taqwa kepada Allah Swt. Lahir batin. Yaitu secara konsisten (istiqamah), sabar, dan tabah selalu menjalankan segala perintah Allah Swt. Serta menjauhi larangan-Nya.

Kedua, Mengikuti sunnah-sunnah Rosulullah Saw. Dalam ucapan dan perbuatan.

Ketiga, mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah Swt. Yaitu dengan cara tidak memperdulikan makhluk dalam kesukaan atau kebencian mereka diiringi denga kesabaran dan berpasrah diri kepada Allah Swt. (Tawakkal)

Keempat, Ridha kepada Allah baik dalam kekurangan maupun kelebihan. Yaitu dengan cara senantiasa ridha, ikhlas, qana’ah, dan tawakkal dalam menerima pemberian dari Allah Swt.

Kelima, Kembali kepada Allah Swt. Dalam suka maupun duka. Yaitu dengan cara secepatnya berlari kembali kepada Allah Swt. Dalam segala keadaan, baik dalam suasana suka ataupun duka.

Kelima pokok tersebut bertumpu pada lima hal berikut : memiliki semangat tinggi, berhati-hati/waspada, baik dalam khidmah, menunaikan segala yang diwajibkan, serta menghargai dan menjunjung tinggi nikmat-nikmat dari Allah Swt.

Semoga kita semua bisa meneladani dan mengamalkan nilai-nilai ajaran dari Imam Syadzili dalam setiap langkah kehidupan kita kedepannya. Menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Serta dapat menjadi Muslim yang dapat meneladani Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Dan para Salafus Shalih.