Pandangan KH. Noer Alie Tentang Konsep Bela Negara dalam Pendidikan Islam

KH. Noer Alie adalah putra daerah Ujungharapan yang berada di Wilayah Bekasi, Jawa Barat. Ia dilahirkan pada tahun 1914 oleh seorang Ibu rumah tangga bernama Maimunah binti Tarbin. Ayahnya bernama Anwar bin Layu seorang petani yang memiliki tanah seluas kurang lebihnya 1 hektare. Kedua orangtua nya berasal dari keluarga yang sederhana dan tidak pernah mengenyam pendidikan barat. Mereka hanya berpendidikan timur di madrasah dengan pelajaran agama islam. sekalipun kondisi ekonomi terbatas, Anwar sadar betapa pentingnya menuntut ilmu dan menjadi orang yang berpendidikan sehingga Ia mendorong anak laki-lakinya untuk terus belajar.

KH. Noer Alie adalah putra ke empat dari tiga bersaudara yaitu : Thayyeb, Arfah, dan maani. Selain itu, Noer Alie juga punya enam orang adik yaitu : Marhamah, Marzuqi, Abdurrasyid, Muhyiddin, Mujtaba, dan Hasanah. Jadi total putra dan putri dari pasangan Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin adalah 10 bersaudara. Hal itu bukan menjadi suatu yang aneh mengingat orang pada zaman dahulu memang terbiasa memiliki banyak anak.

Semasa kecil Noer Alie, sudah Nampak jiwa kepemimpinan dan tanggungjawabnya. Hal tersebut dibuktikan dengan keberaniannya untuk selalu tampil di depan. Ia memiliki cita-cita yang begitu mulia, yaitu ingin menjadi seorang pemimpin agama. Semangat cinta tanah airnya yang bernuansa keagamaan merasuk ke dalam sanubarinya. Sebab, hal tersebut sering didengar dari salah seorang gurunya yang selalu mengungkapkan tentang Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofuur (Negara sejahtera yang dilindungi Allah SWT). Sedari kecil pun Noer Alie dilatih untuk mandiri dan giat membantu kedua orangtuanya. Hal itu dibuktikan dengan seringnya Ia membantu mengisi air ke kolam dan tempayan serta membantu kedua orangtuanya di sawah.

Dalam mengenyam pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas atau setara dengan Aliyah, Noer Alie menghabiskan waktunya untuk belajar di Pesantren. Ia begitu rajin dan tekun dalam belajar. Khususnya di bidang Keagamaan. Pendidikan dasarnya Ia habiskan belajar dengan salah seorang guru yang bernama guru maksum. Setelah tiga tahun bersama guru Maksum, Noer Alie melanjutkan perjalanan akademisnya bersama guru Mughni. Ia termasuk murid yang pandai, cerdas,  dan rajin. Kemudian Ia melanjutkan belajar ke Pesantren guru Marzuki untuk menimba ilmu yang lebih dalam lagi. Hingga dari guru Marzuki inilah KH. Noer Alie tahu bahwa untuk mendapatkan ilmu yang lebih dalam dan tinggi lagi serta bisa menjadi ulama yang baik adalah di Mekkah. Sampailah Ia belajar di Mekkah dan berguru kepada Syeikh Ali Al-Maliki, Syeikh Umar Hamdan, dan Lain-lainnya.

Hingga KH.Noer Alie menyelesaikan belajarnya di Mekkah, Ia memutuskan untuk kembali ke tanag airnya. Situasi dan kondisi di Tanah airnya semakin mempercepat hasratnya untuk kembali. Kondisi di Indonesia yang masih dalam penjajahan Belanda, menjadikan KH. Noer Alie ingin berkontribusi untuk kemakmuran rakyat di Desa, Bangsa dan Negaranya. Diantara perjalanan karirnya adalah membangun sebuah Pesantren untuk membantu mencerdaskan masyarakat sekitarnya. Kemudian mendirikan Madrasah mulai dari MI, MTs, MA, hingga Sekolah Tinggi Islam yang  berdiri kokoh hingga saat ini. Selain dibidang pendidikan,

KH. Noer Alie juga seorang ulama sekaligus seorang politikus yang memberikan kontribusi besar bagi Bangsanya. Beliau pernah menjadi Ketua Umum Masyumi Jawa Barat, Wakil ketua DPD Kabupaten Bekasi, juga pernah menjadi Ketua Umum Majlis Ulama Jawa Barat. Kiprahnya dalam melawan penjajah juga sangat luar biasa. Noer Alie sering ikut andil dalam berbagai peperangan. Ia adalah sosok pemimpin yang luar biasa. Pernah menjadi Laskar Bekasi, Menjadi Komandan Batalyon III Hisbullah Bekasi. Beliau pernah menggerakkan semangat rakyat sekitar 600 orang untuk melawan penjajahan Belanda dari Karawang hingga Bekasi.

Selain itu, KH. Noer Alie juga mendedikasikan dirinya dibidang keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan Ekonomi Kerakyatan. Mulai dari mengisi ceramah-ceramah keagamaan di daerah-daerah, mengajak masyarakat untuk saling peduli dan bersikap penuh kasih-sayang antar sesama hingga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan menyediakan tanah yang dimilikinya untuk dijadikan sebagai lapangan pekerjaan berupa pertanian, dan ternak ikan. Hingga ia dijuluki oleh Jendral TNI (Purn) Abdul Haris Nasution sebagai pejuang sepanjang hayat, dibidang manapun diperlukan bangsa dan umat, Nama beliau mesti tercatat di “tugu syuhada” Indonesia sebagai ulama teladan yang selalu bersama rakyat dan umat.

Adapun perjuangan KH. Noer Alie dalam membela negaranya tidak perlu diragukan lagi. KH. Noer Alie adalah sosok ulama dan pahlawan yang cinta tanah airnya, sadar untuk berbangsa dan bernegara, meyakini Pancasila sebagai ideologi Negaranya, rela berkorban demi Negara,  dan memiliki kemampuan fisik yaitu kesehatan jasmani serta kemampuan psikis berupa cerdas secara spiritual, intelektual dan emosial sehingga dapat berjuang pada setiap bidang dimanapun Ia dibutuhkan.

Kisah perjuangan KH. Noer Alie mengajarkan kepada kita untuk tetap berjuang dalam membela dan mempertahankan NKRI sesuai dengan bidang yang kita miliki. Nilai-nilai ajaran Islam juga terdapat dalam setiap gerak juang KH. Noer Alie berupa nilai Akidah yaitu taat pada Allah, Rosul, dan Pemimpin Negaranya pada saat itu, kemudian nilai Ibadah yang dapat dilihat dari sikap dan perilaku beliau yang selalu memberi contoh dan melaksanakan ibadah dengan baik serta nilai akhlakul karimah yang melekat pada setiap perilaku KH. Noer Alie sepanjang hidupnya.