Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda:
عن عمرو بن شُعَيْبٍ عن أَبِيهِ عن جَدِّهِ قَالَ، قَالَ رسولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْع سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءَ عَشْرِ سِنِينَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي المَضَاجِعِ
“Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat di waktu dia berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau sudah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (maksudnya antara anak laki-laki dan perempuan)”. (HR. Abu Daud)
Psikologis Perkembangan Anak
kaitannya dengan psikologi, hal yang menjadi titik tekan dalam hadist ini sejatinya adalah kondisi kejiwaan si anak sebagai subjek yang mengalami peristiwa kejiwaannya sendiri ketika ia mulai berhadapan dengan pendidikan yang lebih serius dari orang tuanya dalam hal ini terkait redaksi hadist pada umur 7 tahun diperintahkan sholat dan pada umur 10 tahun di beri pukulan ketika meninggalkan sholat. dengan demikian, sebagaimana telah dijelaskan, muncullah teori reforcement dari seorang tokoh psikologi behavioristik yaitu B.F. Skinner yang menjadi pertanyaannya sekarng mengapa Rasulullah memilih pada usia 7 tahun sebagai usia matang bagi anak-anak untuk diberi peringatan salat dan usia 10 tahun sebagai umur yang sudah layak untuk diberikan pukulan ketika ia melanggar ? ilmu jiwa anak dan ilmu jiwa masa muda koma keduanya disebut sebagai Psikologi Perkembangan, keduanya merupakan bagian dari psikologi. Secara periodik berdasarkan objeknya, psikologi terbagi tiga kategori utama yaitu:
- Psikologi genetis atau psikologi perkembang yaitu dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode menjelang dewasa.
- Psikologi umum, yaitu psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia budaya yang normal dan dewasa.
- Gerontologi yaitu ilmu jiwa yang mempelajari semua permasalahan yang terdapat di usia tua.
Psikologi modern dengan tegas mengemukakan pendirian bahwa totalitas kesuburan itu adalah lebih daripada jumlah partikularnya. Setiap peristiwa kejiwaan itu tidak dapat dipisahkan dari subjeknya, dalam artian ia tidak bisa diceraikan dari pribadi seorang anak yang menampilkan peristiwa kejiwaan itu sendiri
Fase Pasif dan Fase aktif
Secara konklusif ada dua fase utama yang dilewati anak dalam perkembangan psikologisnya.
- Fase pasif, yaitu keadaan psikologi anak sejak saat permulaan kelahirannya yang merupakan warisan warisan alam yaitu pembawaan psiko-fisik yang herediter.
- Fase aktif, yaitu masa ketika seorang anak bisa menghayati diri sendiri sebagai “aku” atau person. Pada masa ini anak mulai menyadari bahwa ia mempunyai kemauan. Selanjutnya ia mengantisipasi suatu masa depan sesuatu yang belum terjadi yang ia ingin capai melalui penggabungan semua pengalaman hidupnya di masa lampau, masa kini, dan hari kemudian.
- Teori Fase Perkembangan Psikologi Anak
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa terdapat pembagian-pembagian atau fase-fase terhadap perkembangan anak, yaitu sebagai berikut :
Masa bayi, dimulai 0-2 tahun, dimana pada masa ini biasa dikenal dengan masa vital, dimana keterg
- antungan pada orang tua masih sangat diperlukan
- Masa anak kecil, dimulai 2-6 tahun, dimana pada masa ini pertumbuhan fisik berjalan lambat sampai menuju fase pubertas
- Masa anak sekolah atau disebut juga masa intelektual atau biasa dikenal masa anak akhir menuju peralihan ke masa remaja awal, dimulai 6-12 tahun
- Masa remaja atau pubertas, dimulai pada usia 12-17 tahun, dimasa ini banyak terjadi pertumbuhan atau perubahan fisik dan dimasa ini pubertas muncul.
- Pembacaan Psikologis perkembangan Terhadap Hadist.
- Pembacaan Psikologis perkembangan Terhadap Hadist
Beradasrkan penguraian singkat terkait beberapa teori psikologi perkembangan tersebut, maka ada beberapa penjelasan psikologis terkaita hadist Abu Daud diawal tadi terkait dengan pendidikan agama bagi anak. Adapun nabi untuk memulai memberi pendidikan keagamaan secara lebih intens yaitu menyuruh mengerjakan salat dan sebagainya pada usia 7 tahun merupakan langkah yang sangat tepat secara psikologis. Hal ini dikarenakan sebagaimana telah dijelaskan pada usia 7 tahun merupakan masa-masa pertama seorang anak menjadi pribadi yang mulai mengenal egosentris-nya untuk sementara dan secara intelektual mulai membuka diri untuk memberi impuls-impuls dari luar untuk ikut membangun konstruksi lebih lagi pada usia 8 sampai 12 tahun merupakan masa dimana daya ingat memorisasi anak mencapai pada titik paling masih atau paling kuat, maka sangatlah tepat untuk mulai memberikan pendidikan agama yang intensif pada usia ini.
Hal lain yang menjadikan usia 7 tahun sebagai waktu yang paling tepat untuk memberikan pendidikan agama yang lebih intensif adalah pada masa ini anak sudah mulai serius untuk melakukan aktivitas-aktivitas pengamatannya pada usia 7 sampai 8 tahun ia mulai membentuk sintesa atau fantasi berupa kesan global terhadap sesuatu yang diamati meskipun masih bercampur fantasi, selanjutnya di usia 8 sampai 10 tahun ia sudah mampu menggeser alam fantasinya dan mulai membedakan setiap objek pengamatannya secara konklusif alasan sederhana untuk mulai memberikan pendidikan yang lebih intensif pada anak mulai usia 7 tahun sebagaimana yang diajarkan nabi.
Harus diakui bahwa wawasan keagamaan anak pada awalnya memang tumbuh bersamaan dengan alam fantasinya, Konsep tuhan, hari akhir, dan sebagainya diserap oleh anak dengan segala impuls fantasinya. Hal ini yang kemudian menjadi suatu problema tersendiri secara psikologis, apakah dengan seiring berakhirnya masa fantasi anak wawasan keagamaan yang tumbuh bersama fantasi itu akan ikut bergeser dengan serta-merta? Hal inilah yang telah dijawab oleh hadits Abu Daud di awal tadi, dalam hadis itu Nabi memerintahkan orang tua untuk lebih serius dalam memberikan pendidikan keagamaan pada anaknya dengan memukul anak ketika ia masih saja enggan untuk melakukan salat, kenapa harus lebih serius? Seperti yang telah disebutkan tadi, menurut Oswald Kroh, salah satu alasan mendasar nya adalah karena pada usia 10 tahun ini anak mulai memasuki pada masa realisme kritis-nya.
Secara psikologi pada masa ini nilai-nilai agama yang tumbuh bersamaan dengan alam fantasi si anak memang akan mengalami pengikisan seiring berakhirnya alam fantasi tersebut. Hal ini dikarenakan si anak sudah mampu membuat sintetis yang logis seiring dengan perkembangan akal yang mulai mematang. Dengan demikian, pendidikan yang lebih tegas memang diperlukan mulai pada masa ini, sebelum datang masa subjektif si anak yaitu pada usia 12 sampai 14 tahun masa ketika egosentris kembali muncul dan lebih masif sebagai sesuatu yang mempengaruhi penilaiannya terhadap sesuatu terlebih dalam perspektif teologis.
Signifikansi dari statement nabi adalah ketegasan, terhadap anak yang enggan melaksanakan salat titik sejatinya pemukulan tersebut harus diposisikan sebagai batasan maksimal (al hadad al-A’la), menurut M Syahrur dalam menyikapi anak yang enggan melaksanakan salat dalam hal ini hal yang harus diperhatikan adalah mengumpulkan hadis hadis dengan tema yang sama terkait hukuman-hukuman anak, di hukuman dengan pengarahan, isyarat, kecaman, memutuskan hubungan, dan dengan memukul.